Kamis, 17 September 2009

Setetes Embun Penyejuk Kalbu (2)

embun-1

Meninggalkan Zina Karena Takut Kepada Allah Maka Allah pun Memberinya Mu'jizat

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah berbicara ketika masih dalam buaian (bayi) kecuali tiga orang, Isa bin Maryam. Beliau bersabda, 'Dulu, dikalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang ahli ibadah. Ia dipanggil dengan nama Juraij. Ia membangun tempat ibadahnya dan melakukan ibadah di dalamnya'. Beliau bersabda, "orang-orang Bani Israil menyebut-nyebut tentang (ketekunan) ibadah Juraij, sehingga berkatalah seorang pelacur dari mereka, 'Jika kalian mnghendaki aku akan memberinya ujian'. Mereka berkata, 'Kami menghendakinya'. Perempuan itu lalu mendatanginya dan menawarkan diri kepadanya. Tetapi Juraij tidak mempedulikannya. Lalu ia berzina dengan seorang gembala yang meneduhkan kambing gembalaannya ke dekat tempat ibadah Juraij. Akhirnya iapun hamil dan melahirkan seorang bayi. Orang-orang bertanya, 'Hasil perbuatan siapa?' Ia menjawab, 'Juraij'. Maka mereka mendatanginya dan memaksanya turun. Mereka mencaci, memukulinya dan merobohkan tempat ibadahnya'. Juraij bertanya, apa yang terjadi dengan kalian?' Mereka menjawab, 'Engkau telah berzina dengan pelacur ini, sehingga ia melahirkan seorang bayi'. Ia bertanya 'Dimana dia?' Mereka menjawab, 'Itu dia!' Beliau bersabda, 'Juraij lalu berdiri dan shalat kemudian berdo'a. Setelah itu ia menghampiri sang bayi lalu mencoleknya seraya berkata, 'Demi Allah, wahai bayi, siapa ayahmu?' Sang bayi menjawab, 'Aku adalah anak tukang gembala'. Serta merta orang-orangpun menghambur kepada Juraij dan menciuminya. Mereka berkata kami akan membangun tempat ibadahmu dari emas'. Ia menjawab aku tidak membutuhkan yang demikian, tetapi bangunlah ia dari tanah sebagaimana yang semula'. Beliau bersabda, 'Ketika seorang ibu memangku anaknya menyususi tiba-tiba lewat seorang penunggang kuda yang mengenakan tanda pangkat, maka ia pun berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti dia'. Beliau bersabda, 'Maka bayi itu meninggalakan tetek ibunya dan menghadap kepada penunggang kuda seraya berdo'a, 'Ya Allah jangan kau jadikan aku seperti dia'. Lalu ia kembali lagi ke tetek ibunya dan menghisapnya'. Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata, 'Seakan-akan aku melihat Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menirukan gerakan si bayi dan meletakkan jarinya di mulut lalu menghisapnya.

Lalu ibunya melalui seorang wanita hamba sahaya yang sedang dipukuli. Sang ibu berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia'. Beliau bersabda, 'Bayi itu lalu meninggalkan tetek ibunya dan menghadap kepada wanita hamba sahaya itu seraya berdo'a, 'Ya Allah jadikanlah aku seperti dia'. Beliau bersabda, 'Dan pembicaraan itu berulang. Sang ibu berkata (kepada anaknya), 'Dibelakangku berlalu seorang penunggang kuda yang mengenakan tanda pangkat lalu aku berkata, 'Ya Allah, jadikanlah anakku seperti dia'. Lantas engkau berkata, 'Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia'. Lalu aku berlalu dihadapan wanita hamba sahaya ini dan aku katakan, 'Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia'. Lalu engkau berkata, 'Ya Allah jadikanlah aku seperti dia'. Bayi itu berkata, 'Wahai ibu, sesungguhnya penunggang kuda yang mengenakan tanda pangkat itu adalah orang yang sombong di antara orang-orang yang sombong. Sedang terhadap hamba sahaya wanita itu, orang-orang berkata, 'Dia berzina, padahal ia tidak berzina. Dia mencuri, padahal ia tidak mencuri'. Sedang hamba sahaya tersebut berkata, 'cukuplah Allah sebagai pelindungku'.

(HR. Al-Bukhari, 6/511, Ahmad dan ini adalah lafazh beliau, Muslim dalam Al-Adab.)
Oleh : 
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia 

embun-2

TIDAK AKAN MASUK NERAKA ORANG YANG MENANGIS KERANA TAKUTKAN ALLAH

Rasulullah S.A.W telah bersabda, "Bahawa tidak akan masuk neraka orang menangis kerana takut kepada Allah sehingga ada air susu kembali ke tempat asalnya."

Dalam sebuah kitab Daqa'iqul Akhbar menerangkan bahawa akan didatangkan seorang hamba pada hari kiamat nanti, dan sangat beratlah timbangan kejahatannya, dan telah diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka.
Maka salah satu daripada rambut-rambut matanya berkata, "Wahai Tuhanku, Rasul Engkau Nabi Muhammad S.A.W telah bersabda, sesiapa yang menangis kerana takut kepada Allah S.W.T, maka Allah mengharamkan matanya itu ke neraka dan sesungguhnya aku menangis kerana amat takut kepada-Mu."

Akhirnya Allah S.W.T mengampuni hamba itu dan menyelamatkannya dari api neraka dengan berkat sehelai rambut yang pernah menangis kerana takut kepada Allah S.W.T. Malaikat Jibril A.S mengumumkan, telah selamat Fulan bin Fulan sebab sehelai rambut."
Dalam sebuah kitab lain, Bidayatul-Hidayah, diceritakan bahawa pada hari kiamat nanti, akan didatangkan neraka jahanam dengan mengeluarkan suaranya, suara nyalaan api yang sangat menggerunkan, semua umat menjadi berlutut kerana kesusahan menghadapinya. Allah S.W.T berfirman yang bermaksud, "Kamu lihat (pada hari itu) setiap umat berlutut (yakni merangkak pada lututnya). Tiap-tiap umat diseru kepada buku amalannya. (Dikatakan kepadanya) Pada hari ini kamu dibalasi menurut apa-apa yang telah kau kerjakan." (Surah al-Jatsiyah ayat 28)


Sebaik sahaja mereka menghampiri neraka, mereka mendengar kegeraman api neraka dengan nyalaan apinya, dan diterangkan dalam kitab tersebut bahawa suara nyalaan api neraka itu dapat didengar sejauh 500 tahun perjalanan. Pada waktu itu, akan berkata setiap orang hingga Nabi-nabi dengan ucapan, "Diriku, diriku (selamatkanlah diriku Ya Allah) kecuali hanya seorang nabi sahaja yang akan berkata, "Umatku, umatku."

Beliau ialah junjungan besar kita Nabi Muhammad S.A.W. Pada masa itu akan keluarlah api neraka jahim seperti gunung-gunung, umat Nabi Muhammad berusaha menghalanginya dengan berkata, "Wahai api! Demi hak orang-orang yang solat, demi hak orang-orang yang ahli sedekah, demi hak orang-orang yang khusyuk, demi hak orang-orang yang berpuasa, supaya engkau kembali."

Walaupun dikata demikian, api neraka itu tetap tidak mahu kembali, lalu malaikat Jibril berkata, "Sesungguhnya api neraka itu menuju kepada umat Muhammad S.A.W"
Kemudian Jibril membawa semangkuk air dan Rasulullah meraihnya. Berkata Jibril A.S. "Wahai Rasulullah, ambillah air ini dan siramkanlah kepadanya." Lalu Baginda mengambil dan menyiramkannya pada api itu, maka padamlah api itu.
Setelah itu Rasulullah S.A.W pun bertanya kepada Jibril A.S. "Wahai Jibril, Apakah air itu?" Maka Jibril berkata, "Itulah air mata orang derhaka di kalangan umatmu yang menangis kerana takut kepada Allah S.W.T. Sekarang aku diperintahkan untuk memberikannya kepadamu agar engkau menyiramkan pada api itu." Maka padamlah api itu dengan izin Allah S.W.T.

Telah bersabda Rasulullah S.A.W, " Ya Allah anugerahilah kepada kami dua buah mata yang menangis kerana takut kepada-Mu, sebelum tidak ditemunya air mata."

Sumber : 1001 Kisah Teladan

Minggu, 13 September 2009

Rabu, 09 September 2009

Berpuisi Yuk! (2)

Adakah


Adakah rembulan disana
Yang tersenyum pada dedaunan malam
Menyapa salam dari pohon palm
Walau kelam...
Tak mencekam..

Adakah bintang disana
Yang menyampaikan sejuta kenang
Akan kerlap-kerlip kinang-kunang
Walau menang...
Tak tenang....

Adakah aku disana
Yang menggenggam sejuta impian
Berlari menggapai cita
Dengan Asa
Yang menggelora

Adakah rembulan
Adakah bintang
Adah aku
disana......

Fazha R

Ditulis:

Bogor-jakarta,

07-08 September 2009

.

Tidakkah

Sahabatku,

Tidakkah kau bersikap dingin padaku

Padahal kerap ku memancing angkaramu

Dalam remang-remang lampu jalanan

Mengapa kau bersikap hangat padaku

Sehangat mentari pagi

yang menyelinap masuk jendela kamarku

Sahabatku,,,

Tidakkah kau bersikap kasar padaku

Padahal kerap ku mengacaukan hatimu

Dalam bentakan kata di tengah ketenanganmu

Mengapa kau bersikap lembut padaku

Selembut bunga ilalang melewati sela jemariku

Fazha R

Ditulis : Jakarta, 08 September 2009

Minggu, 23 Agustus 2009

Santapan Rohani

Dzikrul Maut

             Tak terasa kita sudah menginjak hari ke-2 Ramadhan. Alhamdulillah kita masih diberi kesempatan menghirup nafas di hari ini. Masih bisa merasakan nafas, aroma, dan nuansa bulan Ramadhan. Kemarin yang lalu, terdengar kabar salah seorang sahabat yang baru meninggal dunia (semoga amal ibadah-Nya diterima di sisi Allah swt.). Baru saja menginjak bulan mulia ini, ia sudah dipanggil menghadap Allah swt. Bahkan tak sedikit pula yang tidak bisa merasakan nafas Ramadhan, karena umur yang hanya sampai saat itu.
             Kapankah ajal akan menjemput? Tak ada yang pernah tahu. Bahkan Nabi pun tidak pernah tahu kapan beliau akan meninggal. Lantas siapa yang tahu kapan ajal menjemput?. Jawabanya, hanyalah Allah swt. yang tahu sampai batas mana umur kita, dan kapan kita meninggalkan dunia fana ini. Kematian merupakan rahasia Illahi. Tak ada satu mahluk pun yang tahu kapan ajal akan menjemputnya, kapan sakaratul maut menimpa dirinya.
 Mendengar kata kematian, tubuh dan hati kita merinding. Barangkali karena kita tidak siap dengan kematian. Dosa yang masih banyak, hutang yang belum terbayar, atau amanah yang belum tersampaikan?. Membuat kita seakan tidak siap menghadapi kematian. Padahal kematian pasti akan terjadi pada setiap yang bernyawa. Allah swt. berfirman dalam Qs. Ali Imran ayat 185:

Artinya : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”

               Tak ada alasan bagi kita untuk mengelak kematian. Siap tidak siap, kita harus siap. Tentunya, kita harus siap menghadapi kehidupan setelah kematian karena setelah ajal menjemput tidak berarti selesai sampai disitu. Ada yang akan kita hadapi lagi yaitu kehidupan akhirat yang kekal. 

               Manusia dilahirkan ke dunia hanya sementara. Ibaratnya seperti orang yang bertamu, setelah urusannya selesai maka ia akan kembali. Kembali ke hadapan Allah swt. Setelah Allah memerintahkan Izrail mencabut nyawa, maka kita tak bisa berkutik. Pintu taubat pun perlahan akan segera ditutup. Rasa sakit saat sakaratul maut bergantung pada bagaimana amalan kita selama di dunia. Maka dari itu, senantiasa kita harus selalu mengingat kematian. Agar kita selalu bersiap diri mana kala ajal menjemput. Mungkin tahun depan, bulan depan, minggu depan, besok, atau bahkan satu detik kemudian. Hanya Allah yang tahu. Mungkin saja ajal datang saat kita sedang berpegian, saat kita sedang belajar, atau sedang rapat dengan atasan?. Dan jangan sampai ajal menjemput saat kita sedang tidak menginggat Allah, sedang melakukan maksiat. Naudzubillahi min dzalik. Mudah-Mudahan kita meninggalkan dunia fana ini dalam keadaan husnul khotimah. Aaminn.

Ada sebuah do’a untuk memohon khusnul khotimah, yaitu, sebagai berikut:

“Allahumma innii as aluka husnul khootimah, wa au’dzubika min suu-il khootimah”


Wallahua'lam.

Oleh : Fazha R

           02 Ramadhan 1430 H

Sabtu, 22 Agustus 2009

Santapan Rohani

Marhaban Ya Ramadhan

 
            Bulan Ramadhan, bulan yang istimewa. Bisa bersua kembali dengannya merupakan anugrah yang indah dari Allah swt.. Tentu saja dalam kondisi yang berbeda dengan tahun lalu. Syukur yang dalam senantiasa harus kita panjatkan. Tak sedikiti orang yang tak bisa berjumpa dengan Ramadhan. Oleh karena usia yang tak sampai, dan hanya sebatas saat dimana ia meninggalkan dunia fana ini. 
           Sungguh, apa kamu merasakan, kerinduan yang mendalam akan bulan Ramadhan? Bak kerinduan terhadap kekasih? Bulan yang dinantikan setiap umat muslim di dunia. Nah, jika kita tak merindukannya? Hmmm, tanda tanya besar bagi keimanan kita.

           Tentu kita sudah tahu di bulan yang mulia ini wajib bagi setiap muslim yang sudah menginjak akil balig untuk berpuasa. Lamanya satu bulan penuh. Wah, luar biasa bukan. Jarang-jarang lho!. Jelas, ibadah puasa satu bulan bukan ritual belaka. Jangan pula memandangnya sebagai kebiasaan kultural umat Islam. Akan tetapi, sudah jelas bahwa ibadah puasa ini merupakan perintah Yang Maha Bijaksana, Allah swt. Mari kita simak, firman Allah swt. dalam QS. Al-Baqarah ayat 183:

183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,


                 Jadi, kalu ada umat Islam yang godin* tengah hari? Hmmm, ada apa gerangan? Oops, jangan dulu suudzan. Barangkali, “yang godin” itu sedang sakit atau dalam keadaan yang memang diharamkan berpuasa (misalnya akhwat yang sedang haidh). 
Berpuasa bukan berarti tanpa makna atau hanya ibadah untuk tabungan akhirat tanpa ada manfaat lain yang real. Tentunya, berpuasa memiliki manfaat yang besar untuk kehidupan psikologis kita. Contohnya, saat berjalan tiba-tiba ada orang yang melempar sandal jepit dari belakang. Dugh. Kena kepala deh. Akan tetapi, karena lagi puasa, kita berusaha sabar. Jadi, puasa bisa dijadikan ajang patience training (pelatihan kesabaran). Nah, contoh barusan kesabaran dalam melawan hawa nafsu. Kesabaran menahan lapar dan dahaga juga bagian dari patience training saat berpuasa. Disamping itu, puasa juga menyehatkan. Saat kita berpuasa, secara tidak langsung kita memfilter makanan yang tidak sehat masuk ke tubuh kita. Misalnya, biasanya kita makan mie 3 kali sehari, saat berpuasa berkurang jadi sehari sekali atau bahkan tidak sama sekali. Masih banyak contoh lain, bahkan secara ilmiah dapat dibuktikan bahwa puasa menyehatkan tubuh.  
                Seringkali kita lupa, esensi Ramadhan sesungguhnya. Terkadang Ramadhan hanya dijadikan sebagai bulan beli baju baru, menutup aurat sementara, menahan maksiat sementara, atau lebih parah lagi soleh dan bertakwa sementara. Selanjutnya, setelah Ramdhan kembalilah ke habitat asalnya, kebiasaan sebelumnya, dan budaya sebelumnya. Nau’dzubillah min dzalik!. Semoga itu tak terjadi pada kita dan kita tak termasuk orang-orang seperti itu. 
                 Ramadhan bulan untuk memperbaiki diri. Buatlah suatu perubahan (Let’s make change in our life). Tentunya perubahan kearah yang lebih baik, perilaku kita, kebiasaan kita, keimanan kita, ketakwaan kita, atau ibadah kita. Bukanya peubahan ke arah yang lebih buruk. Wah! Nanti malah kebelinger. Perbanyak introspeksi di bulan ini sangat bermanfaat bagi kita untuk bermetamorfosis. (Hah? bermetamorfosis? Kupu-kupu kalee). Maksudnya, di bulan ini kita ibaratkan ulat yang akan bermetamorfosis. Dari ulat menjadi kepompong. Lama menjadi kepompong, mengalami berbagai macam gangguan, suhu yang tak stabil, angin, keterbatasan makanan, dsb. Kemudian setelah usai proses itu, keluarlah kupu-kupu cantik dari kepompong. Kupu-kupu yang telah siap untuk menempuh hidup yang penuh dengan tantangan lagi. Begitupun kita, di bulan Ramadhan ini, kita berproses untuk menjadi lebih baik dan keluarlah menjadi insan yang berkualitas dalam hal duniawi dan ukhrawinya. Menjadi kupu-kupi yang indah. Menjadi insan yang soleh dan solehah. Menjadi manusia yang berakhlakul karimah. 
                 Sambutlah Ramadhan dengan sambutan terbaik. Sambutan yang tulus dan hanya mengharapkan ridha Allah swt. Sambutan bukan dengan hura-hura atau upacara ritual belaka. Tapi sambutan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas ibada kita.


*makan atau minum di saat masa2nya berpuasa.


Oleh: Fazha R 
          (01 Ramadhan 1430 H)

Kamis, 20 Agustus 2009

Setetes Embun Penyejuk Kalbu

  • Embun-1

Kisah Pohon Apel

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yangamat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemarbermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakanapel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya diaberistirahat lalu terlelap di perdu pohon apeltersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangitempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anaktersebut.


Masa berlalu... anak lelaki itu sudah besar danmenjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskanmasanya setiap hari bermain di sekitar pohon apeltersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepadapohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohonapel itu." Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemarbermain dengan engkau," jawab remaja itu." Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untukmembelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, "

Kalau begitu, petiklahapel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkanuang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagiselepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu...Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohonapel itu."Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerjauntuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumahsebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkahkau menolongku?" Tanya anak itu."

Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah daripadanya." Pohon apel itu memberikancadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemuadahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannyamerasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagiselepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemuipohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yangpernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telahmatang dan dewasa."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohonapel itu." Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yangsuka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Akumempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, akutidak mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku?" tanyalelaki itu."

Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untukdijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengangembira," kata pohon apel itu.Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batangpohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengangembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namunbegitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakindimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalahanak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apelitu."

Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untukdiberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahkuuntuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangkuuntuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akaryang hampir mati..." kata pohon apel itu dengan nadapilu."
Aku tidak mahu apelmu kerana aku sudah tiada bergigiuntuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana akusudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batangpohonmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, akumerasa lelah dan ingin istirahat," jawab lelaki tuaitu."

Jika begitu, istirahatlah di perduku," kata pohonapel itu.Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohonapel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangiskegembiraan.

Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bilakita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuanmereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolongkita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dangembira dalam hidup.Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikapkejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, ituhakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kinimelayan ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapakepada kita. Jangan hanya kita menghargai merekasemasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun.

  • Embun-2

Al-Qamah

Dengan tergopoh-gopoh, isteri Al-Qamah menghadap Rasulullah SAW mengabarkan suaminya sakit keras. Beberapa hari mengalami naza' tapi tak juga sembuh. "Aku sangat kasihan kepadanya ya Rasulullah," ratap perempuan itu. Mendengar pengaduan wanita itu Nabi SAW merasa iba di hati. Beliau lalu mengutus sahabat Bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan Al-Qamah. Keadaan Al-Qamah memang sudah dalam keadaan koma. Sahabat Bilal lalu menuntunnya membacakan tahlil di telinganya, anehnya seakan-akan mulut Al-Qamah rapat terkunci. Berulang kali dicoba, mulut itu tidak mau membuka sedikitpun. Tiga sahabat itu lalu bergegas pulang melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang keadaan Al-Qamah. "Sudah kau coba menalqin di telinganya?" tanya Nabi."Sudah Rasulullah, tetapi mulut itu tetap terbungkam rapat," jawabnya." Biarlah aku sendiri datang ke sana", kata Nabi. 

Begitu melihat keadaan Al-Qamah tergolek diranjangnya, Nabi bertanya kepada isteri Al-Qamah :"Masihkah kedua orang tuanya?" tanya Nabi. 
"Masih ya Rasulullah," tetapi tinggal ibunya yang sudah tua renta," jawab isterinya."
Di mana dia sekarang?"
"Di rumahnya, tetapi rumahnya jauh dari sini." 

Tanpa banyak bicara , Rasulullah SAW lalu mengajak sahabatnya menemui ibu Al-Qamah mengabarkan anaknya yang sakit parah. "Biarlah dia rasakan sendiri", ujar ibu Al-Qamah. "Tetapi dia sedang dalan keadaan sekarat, apakah ibu tidak merasa kasihan kepada anakmu ?" tanya Nabi.

"Dia berbuat dosa kepadaku," jawabnya singkat.
"Ya, tetapi maafkanlah dia. Sudah sewajarnya ibu memaafkan dosa anaknya," bujuk Nabi.
"Bagaimana aku harus memaafkan dia ya Rasulullah jika Al-Qamah selalu menyakiti hatiku sejak dia memiliki isteri," kata ibu itu.
"Jika kau tidak mau memaafkannya, Al-Qamah tidak akan bisa mengucap kalimat syahadat, dan dia akan mati kafir," kata Rasulullah.
"Biarlah dia ke neraka dengan dosanya," jawab ibu itu. Merasa bujukannya tidak berhasil meluluhkan hati ibu itu, Rasulullah lalu mencari kiat lain. Kepada sahabat Bilal Nabi berkata : "Hai bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya," perintah Nabi.

"Untuk apa kayu bakar itu Rasulullah," tanya Bilal keheranan."Akan kugunakan untuk membakar Al-Qamah, dari pada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih cepat mati, dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab Rasulullah. Mendengar perkataan Nabi itu, ibu Al-Qamah jadi tersentak. Hatinya luluh membayangkan jadinya jika anak lelaki di bakar hidup-hidup. Ia menghadap Rasulullah sambil meratap, "Wahai Rasulullah, jangan kau bakar anakku," ratapnya. Legalah kini hati Rasulullah karena bisa meluluhkan hati seorang ibu yang menaruh dendam kepada anak lelakinya. Beliau lalu mendatangi Al-Qamah dan menuntunya membaca talkin. Berbeda dengan sebelumnya, mulut Al-Qamah lantas bergerak membacakan kalimat dzikir membaca syahadat seperti yang dituntunkan Nabi. Jiwanya tenang karena dosanya telah diampuni ibu kandungnya. Al-Qamah kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan fasih mengucapkan kalimat syahadat. Ia meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Memang, surga adalah di bawah telapak kaki ibunda.

  • Embun-3

Memberi Satu Dirham Lalu Allah Memberinya Seratus Dua Puluh Ribu Dirham

Dari Al-Fudhail bin Iyadh, ia berkata, seorang laki-laki menceritakan kepadaku: "Ada laki-laki yang keluar membawa benang tenun, lalu ia menjualnya satu dirham untuk membeli tepung. Ketika pulang, ia melewati dua orang laki-laki yang masing-masing menjambak kepal kawannya. Ia lalu bertanya, 'Ada apa?' Orang pun memberitahunya bahwa keduanya bertengkar karena uang satu dirham. Maka, ia berikan uang satu dirham kepada keduanya, dan iapun tak memiliki sesuatu.

Ia lalu mendatangi isterinya seraya mengabarkan apa yang telah terjadi. Sang isteri lalu mengumpulkan perkakas rumah tangga. Laki-laki itu pun berangkat kembali untuk menggadaikannya, tetapi barang-barang itu tidak laku. Tiba-tiba kemudian ia berpapasan dengan laki-laki yang membawa ikan yang menebar bau busuk. Orang itu lalu berkata kepadanya, 'Engkau membawa sesuatu yang tidak laku, demikian pula dengan yang saya bawa. Apakah Anda mau menukarnya dengan barang (daganganku)?' Ia pun mengiakan. Ikan itu pun dibawanya pulang. Kepada isterinya ia berkata, 'Dindaku, segeralah urus (masak) ikan ini, kita hampir tak berdaya karena lapar!' Maka sang isteri segera mengurus ikan tersebut. Lalu dibelahnya perut ikan tersebut. Tiba-tiba sebuah mutiara keluar dari perut ikan tersebut

Wanita itu pun berkata gembira, 'Suamiku, dari perut ikan ini keluar sesuatu yang lebih kecil daripada telur ayam, ia hampir sebesar telur burung dara'.

Suaminya berkata, 'Perlihatkanlah kepadaku!' Maka ia melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya sepanjang hidupnya. Pikirannya melayang, hatinya berdebar. Ia lalu berkata kepad isterinya, 'Tahukah engkau berapa nilai meutiara ini?' 'Tidak, tetapi aku mengetahui siapa orang yang pintar dalam hal ini', jawab suaminya. Ia lalu mengambil mutiara itu. Ia segera pergi ke tempat para penjual mutiara. Ia menghampiri kawannya yang ahli di bidang mutiara. Ia mengucapkan salam kepadanya, sang kawan pun menjawab salamnya. Selanjutnya ia berbicar kepadanya seraya mengeluarkan sesuatu sebesar telur burung dara. 'Tahukah Anda, berapa nilai ini?, ia bertanya. Kawannya memperhatikan barang itu begitu lama, baru kemudian ia berkata, 'Aku menghargainya 40 ribu. Jika Anda mau, uang itu akan kubayar kontan sekarang juga kepadamu. Tapi jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, dia akan memberimu harga lebih tinggi dariku'.

Maka ia pun pergi kepadanya. Orang itu memperhatikan barang tersebut dan mengakui keelokannya. Ia kemudian berkata, 'Aku hargai barang itu 80 ribu. Jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, saya kira dia akan memberi harga lebih tinggi dariku'. Segera ia bergegas menuju kepadanya. Orang itu berkata, 'Aku hargai barang itu 120 ribu. Dan saya kira, tidak ada orang yang berani menambah sedikitu pun dari harga itu!' 'Ya', ia pun setuju. Lalu harta itu ditimbangnya. Maka pada hari itu, ia membawa dua belas kantung uang. Pada masing-masingnya terdapat 10.000 dirham. Uang itu pun ia bawa ke rumahnya untuk disimpan. Tiba-tiba di pintu rumahnya ada seorang fakir yang meminta-minta. Maka ia berkata, 'Saya punya kisah, karena itu masuklah'. Orang itu pun masuk. Ia berkata, 'Ambillah separuh dari hartaku ini. Maka, orang fakir itu mengambil enam kantung uang dan dibawanya. Setelah agak menjauh, ia kembali lagi seraya berkata, 'Sebenarnya aku bukanlah orang miskin atau fakir, tetapi Allah Ta'ala telah mengutusku kepadamu, yakni Dzat yang telah mengganti satu dirhammu dengan 20 qirath. Dan ini yang diberikanNya kepadamu adalah baru satu qirath daripada-nya, dan Dia menyimpan untukmu 19 qirath yang lain.

Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia


Berpuisi Yuk!!!

Satu.......

Perangkap Tikus Pengadilan


Pagi…………………………
Dliputi kabut kemalangan yang dalam
Kelam, asa ku berkata itu malam
Gelap, begitu pun ketika ku terperangkap  
Oooo dalam perangkap tikus-tikus pengadilan

Diseret-seret dengan borgol karet
Tanpa hati tak manusiawi
Tak ada satu pun yang memanusiakan manusia
Bak menyeret bangkai di tepian Ciliwung
Ooooo dalam perangkap tikus-tikus pengadilan

Ketika ku lirik lampu dan para calo
Tak ada yang menatapku
Berpaling menjauh 
Kejam, apa keadilan mereka telan dalam-dalam
Keadilan seakan dijual dengan harga eceran

Tak ada yang protes
Atau bahkan sekedar berpuisi???

Ooo Tuhan tolong, tolonglah
Tak mau ku terus terperangkap

Dalam perangkap tikus pengadila

Karya: Fazha R 

Dua..........

Rupiah

Rupiah hidup dalam dekapan telapak tangan
Tanpa dosa, kini penuh dosa
Rupiah dari peluh kesabaran
Tanpa sahur namun berpuasa

Apa yang ada dalam jiwa raga?
Rupiahkah yang tak bernyawa
Nafasa insan dalam panggung dan laga
Surgawi, mutlak tak akan terbawa

Rupiah berkata dalam cetakan berwarna 
Isi hati terungkap membatu
Namun sayang, sayang, dan saying
Secarik persegi layu dan melayu
Dalam hausnya warna-warna kehidupan

Karya : Fazha R.

Tiga............

Sisi Hati

Seputih Melati, meroda kubu waktu
Hentakan debur ombak kebiruan
Mendasar dalam telaga sanubari
Sepanjang masa renaisancee
Terulir sudut perwayangan

Perang Akbar selalu jumpa
Jumpa kelam di pelupuk mata
Lawan nafsu dari tiap anatomi
Angkara jiwa asa menggelora

Apa itu? Tak ada kabar langit?
Awan hitam, uap syaitoniyyah
Kan hujani galaksi seputih melati
Sapukanlah dengan lidi-lidi doa
Julurkan pedang cahaya Illahi
Allahu Akbar……

Karya: Fazha R